Kota Ternate

 Kedaton dan Museum Sultan Ternate

 


Kedaton dan Museum Sultan Ternate didirikan pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan ke-40, Muhammad Ali, di atas bukit Limau Santosa dengan luas areal 44,560 m2. Obyek wisata ini terletak di Kelurahan Soa-Sio, Kota Ternate. Arsitektur bangunan berbentuk seekor Singa yang sedang duduk dengan dua kaki depan menopang kepalanya. Saat ini, ruang tengahnya difungsikan sebagai museum dengan koleksi benda-benda budaya dan peninggalan sejarah kejayaan Kesultanan Ternate di masa lalu, antara lain: Al-Qur’an tulisan tangan, kelapa kembar (upeti dari Raja Sangihe), dan peralatan perang serta Mahkota berambut yang dihiasi dengan 100 buah batu-batuan permata, seperti Mutiara, Berlian, Safir, Akik, , Zamrud Mira, Emas, Perak, Perunggu, dll., dan rambutnya senantiasa tumbuh dan dipotong pada saat Hari Raya Idul Adha dengan suatu Upacara Khusus.


 Masjid Sultan Ternate


 Masjid Sultan Ternate mulai dibangun pada tahun 1606 saat berkuasa Sultan Ternate ke-28, Saidi Barakati. Setelah tiga kepemimpinan, masjid ini baru rampung pada pemerintahan Sultan Hamzah pada tahun 1648. Komposisi bahan terbuat dari susunan batu dengan perekat campuran kulit kayu pohon Kalumpang. Bangunan berbentuk segia empat, dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tumpang dipenuhi terali berukir sebanyak 360 buah, sesuai dengan jumlah hari dalam setahun.


 
Makam Sultan Babullah
 

Beliau adalah Putra Sultan Khairun yang berhasil mengusir orang –orang Portugis, yang menyerah tanpa syarat dan kemudian meninggalkan Ternate pada tahun 1575. Makam Sultan Babullah terletak di Bukit Foramadiahi 10 km arah selatan pusat kota ternate.


Makam Sultan Badaruddin II
 

Makam ini terletak di pekuburan islam Kelurahan Makassar Barat. Sultan Badaruddin II adalah Sultan Palembang yang diasingkan oleh belanda ke Ternate pada tahun 1822 bersama beberapa anggota keluarga dan pengikutnya. Oleh sultan ternate mereka diberi tempat pemukiman khusus yang dikenal dengan nama kampung Palembang di sekitar Bank mandiri ternate sekarang. Beliau wafat pada tahun 1852 dimakamkan berdekatan dengan makam istri dan gurunya Al-hahib Umar bin Muhammad Assagaf.

Cengkeh Afo 


Cengkeh Afo adalah cengkeh yang tertua di dunia. Cengkeh afo berada di lereng Gunung Gamalama, Kelurahan Marikurubu. Pohon cengkeh ini berumur kurang lebih 398 Tahun, berukuran,tinggi 36.60 meter, garis tengah 198 meter dan lingkaran 4.26 meter. Tiap tahunnya Cengkeh Afo dapat menghasilkan 400 Kg cengkeh










Batu Angus


Batu Angus adalah hamparan lahan yang dipenuhi bebatuan berwarna hitam. Bebatuan ini berasal dari lahar panas gunung Gamalama yang meletus pada tahun 1673. Terletak di kaki gunung Gamalama, perpaduan batu yang bagai stalaktit hitam dengan hijaunya gunung Gamalama dan biru laut ini menjadi sebuah pemandangan unik dan mempesona. Batu Angus juga merupakan tugu peringatana dan makam tentara Jepang yang gugur dalam pertempuran melawan tentara Sekutu pada Perang Dunia II.



Pantai Sulamadaha


Pantai ini terletak 14 km dari pusat kota Ternate, membuatnya mudah dijangkau oleh angkutan umum. Hamparan pasir, deburan ombak, laut nan biru, serta pemandangan pulau Hiri yang dikelilingi oleh bukit, menawarkan keindahan nuansa alam yang mampu menghilangkan kepenatan bagi mereka yang mengunjunginya. Di pantai ini anda dapat melakukan snorkling dan diving


Danau Tolire


Danau alam ini terletak sekitar 18 km dari pusat kota. Airnya yang jernih dan dikelilingi pepohonan yang rindang membuatnya begitu eksotik. Menurut legenda, Danau Tolire ini terjadi karena sebuah tragedi. Dalam sebuah pesta rakyat, seorang ayah yang sedang mabuk berbuat hal yang tidak senonoh kepada anak gadisnya, kemudian kampung tersebut tertimbun tanah yang kemudian longsor dan mengakibatkan terbentuknya Danau Tolire ini. Sementara sang anak melarikan diri ke arah pantai namun kemudian tenggelam juga dan membentuk sebuah danau kecil, yang kemudian dikenal dengan nama Tolire Kecil.
Keunikan Danau ini biasanya para wisatawan melempar batu sekuat tenaga ke danau tapi batunya tidak bisa menyentuh air yg ada didanau

Danau Laguna


Danau ini terletak di Kelurahan Fitu Kecamatan Ternate Selatan. Danau dengan air yang tenang dan dikelilingi bukit hijau serta laut dan gunung yang terletak di hadapannya, menawarkan perpaduan komponen alam yang menarik. Saat ini, di kawasan danau ini telah dikembangkan menjadi obyek wisata pancing dan budidaya ikan. Serta Burung Elang Putih bisa anda temukan di Danau ini.

Benteng Oranje


Benteng Oranje adalah benteng pertama yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1607 oleh Cornelis Matelief de Jonge. Nama benteng ini diberikan oleh Francois Wttert pada tahun 1609. Benteng ini pernah menjadi Pusat Pemerintahan VOC di bawah Gubernur Jenderal Pieter Both (1612-1615) Herald Reyist, Laurens Real, dan Jan Pieter Zoon Coen (1619). Di dalam benteng ini banyak terdapat sumur layang.

Benteng Tolucco


Benteng Tolucco adalah peninggalan Portugis yang dibangun pada tahun 1540 oleh Gubernur Jenderal Fransisco Serao dan kemudian direstorasi oleh Gubernur Jenderal Belanda Pieter Both pada tahun 1610. Arsitektur bangunan menyerupai kelamin laki-laki. Benteng ini terletak di Kelurahan Sangaji sekitar 2 km arah utara pusat Kota Ternate.

Benteng Kalamata (Santalusia)


Pada awalnya, benteng ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1609 untuk menghadapi serangan Spanyol dari Rum Tidore, Nama Kalamata di ambil dari nama seorang Pangeran Ternate yang wafat di Makassar pada tahun 1676. Benteng ini terletak di kelurahan Kalumata, Kota Ternate Selatan.




Gereja Katholik Santo Willbrordus

Kedatangan Portugis di Ternate tahun 1515 menjadi asal mula pembangunan Gereja Katholik Santo Willbrordus. Saat itu, aktifitas keagamaan dilaksanakan dalam benteng-benteng di Ternate. Situasi ini mendorong Kapten Antonio Galvao membangun kapel, gereja serta sekolah di tahun 1523. Kedatangan Fransiskus Xaverius kemudian menjadi tonggak sejarah penyebaran agama Katholik di Ternate. Meski demikian, gereja mengalami masa-masa sulit, ditutup dan tidak mengadakan aktifitas keagamaan apa pun. Pada tahun 1610, seiring kehadiran Pater Jesuit, barulah dimulai renovasi gereja tersebut dan berdiri hingga sekarang


Klenteng Thian Hou King


Dahulu kala, sebuah kapal dagang Tiongkok berlayar dengan membawa sebuah papan yang disebut Sen Mun Yan (Dewi Penguasa Laut). Papan ini dipercaya sebagai simbol tempat beribadah bagi bangsa Tiongkok. Di tengah perjalanan, kapal tersebut dihantam ombak dan angin kencang, para saudagar Tiongkok lantas memohon agar diselamatkan supaya bisa membangun klenteng. Akhirnya kapal tersebut terdampar di Tidore. Namun, karena saat itu tidak ada orang-orang Tionghoa di Tidore, maka papan tersebut dipindahkan ke Ternate dan didirikan kelenteng di Ternate.
 




Baramasuwen (Bambu Gila)


Merupakan permainan rakyat yang sangat menarik untuk ditonton. Permainan dilakukan dengan peserta kurang lebih 7 orang dan menggunakan bambu, bara api serta kemenyan. Permainan bambu gila yang juga sering disebut Baramasuwen, Dahulu kala dimanfaatkan untuk memindahkan alat berat guna meringankan pekerjaan manusia. Permainan ini mencerminkan sifat kegotong –royongan dan ciri khas keseharian rakyat Ternate.




Rempah-Rempah